Sejak kecil
sampai pada saat kuliah dan mungkin sampai detik ini, orang tua saya menyebut
saya sebagai “orang yang tidak sabar”. Mengapa ? Karena saya selalu berpikir
secara instant dan selalu terburu-buru dalam menyikapi suatu persoalan dan
bukan menikmati perjalanan dari suatu proses penyelesaian permasalahan, seperti
‘menanam benih semangka hari ini dan
keesokan hari sudah berbuah’. Hal tersebut terus menjadi tanda tanya besar
bagi diri saya.
Pada suatu
ketika, saya mendapat pekerjaan dari orang tua saya dan membuat tertawa diri
ini dan mungkin bagi anda. Mencabut rumput di pekarangan rumah ! Suatu
pekerjaan yang membuat menggerutu dan geram. Dengan bersungut-sungut saya ambil
cangkul, lalu rumput-rumput tersebut saya “gisgis”. Pekerjaan tersebut memang
cepat selesai namun dua hari kemudian tunas-tunas rumput tersebut telah tumbuh
kembali.
Saya
termenung dan merenung !
Saya
berpikir dan kemudian mengambil perkakas kerja dan mulai bekerja. Pertama
sekali saya menentukan lokasinya dan kemudian rumput tersebut saya cabuti satu
persatu sampai ke akar-akarnya.
Peluh
mengucur dari tubuh yang diterpa sinar mentari pagi.
Sedikit demi
sedikit pekarangan mulai kelihatan bersih dari rumput dan akhirnya tuntas. Ada kepuasan dari dalam
diri yang jauh kadarnya dari yang telah dilakukan selama ini.
Saya sadar
telah mendapat pengalaman baru dari suatu pelajaran hidup yang belum saya dapat
selama ini. Cap sebagai orang yang tidak sabaran mulai saya kikis sedikit demi
sedikit. Saya bukanlah orang yang sempurna dan tidak akan pernah menjadi
sempurna, namun saya berusaha untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi diri saya
sendiri.
Apakah
para pembaca sudah dapat menebak arti judul tersebut dan memahaminya ? Bila
belum, cobalah menyusun huruf-huruf tersebut dengan petunjuk huruf yang
terakhir menjadi yang pertama dan seterusnya. Bagaimana ?
Pernah dimuat di warta Toba Pulp Lestari – No.06/I/2004|Desember 2004|Tahun I
Marvell Christian Siregar™
Tidak ada komentar:
Posting Komentar