Saya
memiliki talenta dan dapat memainkan hampir semua jenis alat musik walaupun
belajar otodidak. Hal ini menimbulkan perasaan “lebih” dari teman-teman se-grup, dan mereka menyadarinya. Lalu
mereka mengangkat saya sebagai “leader”.
Dapat dibayangkan dengan jabatan tersebut membuat saya merasa melambung. Selain
lebih dikenal dan pembagian honor pasti lebih gede dari teman-teman.
Singkat
cerita, posisi tersebut membuat saya menjadi “diktator”, dan mengambil
keputusan sendiri walau keputusan yang diambil terkadang bertentangan dihati
teman-teman. Saya tidak mau tahu !
Perjalanan
karir musik terus berputar bak roda pedati dari satu pentas ke pentas yang
lain. Selama perjalanan tersebut, grup kani kerap gonta-ganti personil. Teman-teman
yang ikut mendirikan grup tersebut saya pecat apabila tidak sejalan dengan ide
saya.
Biasanya
setiap latihan di studio, kami selalu merekam lagu-lagu yang dimainkan pada
hari itu. Setiap malam saya selalu mendengarkan kembali hasil rekaman tersebut.
Saya dengarkan setiap hari dan bandingkan dengan rekaman sebelumnya. “Ada
sesuatu yang hilang ?”, pikirku. Kuulangi terus sampai mata terpejam dan
keesokan harinya kembali ku dengarkan. “Kok
lagu ini gak sinkron ?”. Akhirnya kutemukan jawabnya, sebuah “harmoni” yang hilang dari lagu yang
dimainkan.
Yah ! Baru
aku tahu ! Semua pemain pada menonjolkan dirinya masing-masing dan merasa
dirinya yang terhebat di grup. Hal ini cukup beralasan karena pemain lama
digrup kami memiliki kemampuan yang merata dan tidak ada yang menonjol, namun
karena tidak se-ide saya depak mereka. Lalu saya mencari pemain-pemain yang
memiliki skill bagus baik performance maupun penguasaan alat.
Terakhir saya menyimpulkan bahwa bukan pintar dan lihainya seseorang dalam suatu grup band bisa menghasilkan rangkaian nada yang indah untuk menjadikan suatu lagu yang dapat dinikmati oleh pendengar. Saya bandingkan saat grup kami pertama berdiri dimana kami hanya memiliki kemampuan rata-rata, namun kebersamaan & perasaan yang sehati dan saling berbagi yang menimbulkan harmoni yang menjadi “nyawa” dari suatu lagu yang dimainkan walau apapun itu jenis musiknya ! Seperti ada ungkapan “Satu untuk semua dan semua untuk satu” !
Pernah dimuat di warta Toba Pulp Lestari – No.02/II/2005|Februari 2005
Marvell Christian Siregar™
Tidak ada komentar:
Posting Komentar