Jumat, 16 Maret 2012

Perjalananku | Bambu atau Beringin ?

Beberapa hari yang lalu, penulis bertemu seorang teman dan pada satu kesempatan dia mengatakan "pohon makin tinggi, makin kencang angin meniupnya"Benar dan imajiku tergelitik memaknai kalimat tersebut. Yup.... dan pilihanku jatuh pada 2 jenis pohon yang ada dalam pikiranku yaitu beringin (ini tidak ada kaitannya dengan kampanye lho !) dan bambu. Kedua pohon ini selalu dilarang untuk digambar dalam psikotes. Mengapa ?
Penulis beranggapan bahwa beringin (Moraceae fam) adalah tanaman yang rindang, dengan batang yang kokoh dan kekar serta akar yang menancap dalam kegelapan tanah dan terkesan angker dan terkadang orang memujanya karena diyakini suci dan dapat melindungi.

Bambu (Bambusoideae fam.), tanaman dengan akar serabut, memiliki batang yang beruas-ruas dan hidup membentuk rumpunan dan tumbuh subur disekitar sumber kehidupan seperti sungai, danau dan lain sebagainya. Menikmati suasana sejuk dibawah rumpun bambu dan mendengarkan alunan irama alam dari angin yang menerpa dedaunannya dan bunyi batang-batang bambu yang berderak-derak mengikuti angin berhembus, serta suara air yang mengalir. Tanaman ini sangat bermanfaat dan memiliki sisi ekonomis bagi kehidupan manusia.

Suatu saat Dewa Bayu ingin menguji kekuatan sang beringin yang tumbuh di puncak bukit. Dia mulai meniupkan angin perlahan, beringin tersenyum pada bayu dengan memamerkan kerindangan daunnya. Bayu kembali menghembuskan angin yang lebih kuat dari sebelumnya, namun beringin masih tersenyum sambil menunjukkan batangnya yang kekar. Bayu meniupkan angin yang lebih kencang dari sebelumnya dan beringin tertawa dengan menunjukkan akarnya yang kokoh dan menyembul diatas tanah dan mencengkeram bumi.

Akhirnya sampai pada puncaknya, bayu meniupkan angin yang lebih kencang lagi, dan sang beringin berpeluh berusaha bertahan dengan daun-daunnya yang rapat tumbuh disetiap dahan dan cabang-cabangnya mencoba memecah kekuatan angin dan meliuk kesana kemari, dibantu kekekaran batangnya serta akar nan kokoh tersebut berusaha sekuat tenaga bertahan menghadapi kekuatan sang bayu, namun tak kuasa bertahan sampai akhirnya terdengar "...krak...krak...krak buummm..." dan sang beringin pun terlepas dari bumi. Yang tersisa hanya akar yang tercabut dan tanah yang berserakan, batang yang tak menunjukkan keperkasaan dan daun serta dahan-dahan yang akan mengering. Dewa Bayu pun berlalu

Setelah beringin yang kokoh tumbang, bambu berikutnya mendapat giliran seperti yang diujikan pada beringin.

"Hai bambu, apakah kau siap menerima ujian dariku ?", ujar bayu kepada bambu.
Bambu berkata, "Wahai Sang Bayu yang perkasa, tentu dengan seijin-Nya kami siap menerimanya"

Dan anginpun bertiup "...wush...wush...wush !"

Singkat cerita sampai angin bertiup bak puting beliung mencoba mencabut bambu. Bambu mengikuti liukan angin kencang yang menerpa dan terdengar bunyi batang-batang bambu yang beradu "...pletak..ngeot..ngeot..pletak " dan sampai akhirnya Sang Bayu berhenti dan bertanya kepada bambu.

"Hei bambu, mengapa engkau tidak tumbang seperti beringin ? "

"Maaf Sang bayu, karena seijin-Nya walau tubuh kami yang kurus, lurus dan beruas dan semakin mengecil ke pucuknya selalu berusaha mencoba mengikuti gerakan arahmu bertiup, dan kami hidup dalam rumpun yang renggang sehingga membantu kami untuk memecah kekuatan angin, dan juga kami tidak menyalahkan angin yang bertiup", hanya itu saja.

Simple thing, seperti muatan filosofi kesederhanaan bambu dan negeri ini juga sudah membuktikannya pada masa perang kemerdekaan menghadapi penjajah. Pejuang dengan bambu runcing mampu menghadapi persenjataan yang lebih modern, namun dengan semangat kebersamaan seperti rumpun bambu dapat membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin bagi-Nya.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk membandingkan karya-Nya karena semua karya-Nya baik adanya, namun bagi kita selalu akan ada kelebihan dan kekurangan yang harus dibenahi. Penulis pada saat ini sedang melihat dari satu sisi saja.

Tidaklah elok untuk selalu bersikap positive thinking, karena negatif juga diperlukan sebagai parameter. Cahaya yang yang menerangi manusia tercipta karena positif dan negatif. Bagaimana kita menilai diri kita sudah positif ?

"Kesederhanaan adalah kualitas diri yang terpancar dalam sikap & perilaku dan bukan ungkapan diri"

Marvell Christian Siregar™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar