Marvell Christian Siregar™
Horas... Tiada maksud menggurui dalam setiap tulisan, hanya berbagi pengalaman hidup yang hanya dapat dituangkan dalam sebentuk tulisan yang jauh dari arti sempurna dan dibagikan dalam blog minimalis ini. Anjuran membaca tulisan ini disaat senggang ditemani secangkir kopi/teh dan sepotong ubi rebus. Penikmat dapat memberi komentar pada tulisan tersebut dan mengisi polling untuk pembelajaran diri dan semoga dapat mewakili pribadi Marvell Christian Siregar seutuhnya.
Rabu, 23 Mei 2012
Guratan Arang | Memoar : Cengkerama antara sebatang pohon dan angin
Persembahan ulang tahun ke-90 buat Op.Amir Pasaribu
(21 Mei 1915 – 10 Pebruari 2010)
Marvell Christian Siregar™
Guratan Arang | Imajinasi Miring
kau menjadi orang gila ?
jika jawabmu belum, cobalah
dengar apa yang terlintas di otakku
menjadi orang gila…
rambut gimbal panjang tak karuan
kutu bersarang…
ketombe…
debu
bercampur jadi satu
gigi berkerak…
mulut bau…
wajah hitam…
badan kotor hitam…
bau dekil
membuat orang menutup hidung
tak mengenakan pakaian
cawat kertas koran penghias tubuh
berjalan tak karuan
terkadang maju…
mundur…
berlari…
melompat…
berputar-putar…
jungkir balik…
makan dari tong sampah
kais sana…kais sini
menangis…tertawa…menyeringai
tersenyum sambil memelintir rambut
terus berjalan…jalan…jalan
sampai ujung dunia
orang yang kutemui kadang melempariku sambil berkata :
“orang gila…awas !!!”
ku tak pernah berpikir walau tubuhku terluka
yang ada hanya tetap berpikir seperti orang gila
janganlah tersenyum apalagi tertawa
tapi renungkanlah…
Medan 1993
Marvell Christian Siregar™
Guratan Arang | Tersingkir
Buang,
…buanglah jauh
Tepi,
…tepikanlah aku
Sisih,
…sisihkanlah dari bayangmu
Lalukan jejak ditiup angin
Karmaku…
Pernah dimuat di Pusat Sajak Sedunia® | 13.05.2000
http://www.melayu.com/karya/sajak.htm
Marvell Christian Siregar™
Sabtu, 14 April 2012
Senin, 02 April 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Guratan Arang | Bocah & Kemerdekaan
Kulangkahkan kedua kaki
menyusuri tepian pematang
Terdengar sayup nyanyian serombongan bocah cilik
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia…”
Lambat tapi pasti suara itu mendekatiku
Kuhentikan langkah sejenak.
Bocah-bocah kecil berbaris dengan kaki berselimut debu
Bertelanjang dada dan dekil
Sambil berlari kecil panggul senjata pelepah pisang
Dengan merah putih kecil di tangan berlalu di depanku
Nyanyian terus berkumandang
Ku tersenyum…
Ku terharu…
Di wajah yang lugu tergaris senyum disertai gelak tawa
Ku tak tahu apakah itu ungkapan mereka akan kemerdekaan
Lambat tapi pasti suara itu menjauhiku
Sayup terdengar suara pekik “MERDEKA”
Tegakku diatas kedua kaki ini
Ku merenung…
Cukupkah perjuangan kita sampai disini ???
Belum sempat ku menjawab pekik itu hilang dikejauhan
Kubulatkan tekad,
Perjuangan tidak mengenal akhir
Terus gelorakan dan pekik kemerdekaan di dada kita
Anak Indonesia
Merdeka !
Merdeka !
Merdeka !
Terdengar sayup nyanyian serombongan bocah cilik
“Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kitaHari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia…”
Lambat tapi pasti suara itu mendekatiku
Kuhentikan langkah sejenak.
Bocah-bocah kecil berbaris dengan kaki berselimut debu
Bertelanjang dada dan dekil
Sambil berlari kecil panggul senjata pelepah pisang
Dengan merah putih kecil di tangan berlalu di depanku
Nyanyian terus berkumandang
Ku tersenyum…
Ku terharu…
Di wajah yang lugu tergaris senyum disertai gelak tawa
Ku tak tahu apakah itu ungkapan mereka akan kemerdekaan
Lambat tapi pasti suara itu menjauhiku
Sayup terdengar suara pekik “MERDEKA”
Tegakku diatas kedua kaki ini
Ku merenung…
Cukupkah perjuangan kita sampai disini ???
Belum sempat ku menjawab pekik itu hilang dikejauhan
Kubulatkan tekad,
Perjuangan tidak mengenal akhir
Terus gelorakan dan pekik kemerdekaan di dada kita
Anak Indonesia
Merdeka !
Merdeka !
Merdeka !
Dimuat di warta Toba Pulp Lestari – No.08/II/2005|Agustus 2005
Marvell Christian Siregar™
Senin, 26 Maret 2012
Relaxation Sound | Best I Ever Had | by Vertical Horizon
vertical horizon - best i ever had www.qqreviews.com.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - jrx -NY12: vertical horizon - best i ever had www.qqreviews.com.mp3
Sabtu, 24 Maret 2012
Guratan Arang | BMO
catatan :
bemo merupakan moda transport darat yang merupakan singkatan becak motor.
Inspirasi ini terlahir semasa penulis menggunakan jasa bemo sewaktu bersekolah dan dituangkan dalam coretan ini.
Marvell Christian Siregar™
Senin, 19 Maret 2012
Refleksi Merah Putih
Belum hilang dan masih segar dalam ingatan kita, ketika untuk pertama kali tim sepakbola Indonesia tampil berlaga di Piala Asia 2007 atau kejuaraan-kejuaraan bertaraf dunia , dimana sejenak setiap rakyat Indonesia seakan lupa dan terhipnotis dan lupa akan multi krisis yang sedang melanda bumi pertiwi ini. Kebhinekaan yang menjadi satu serta rasa nasionalisme yang kental sangat terasa saat tim Indonesia berjuang untuk memberikan kemampuannya yang terbaik di pentas dunia demi Indonesia Raya. Jatuh bangun para pemain yang berjibaku menunjukkan semangat yang pantang menyerah serta diiringi tepuk tangan riuh rendah dari masyarakat yang terus memberikan dukungan dan semangat seolah memberikan semangat dan tenaga baru bagi setiap anak negeri ini untuk berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.
Hati siapa dari anak negeri ini yang tidak tergetar
dan membuat bulu kuduk merinding ketika Indonesia Raya berkumandang gagah membahana angkasa di penjuru jagad
ini.
“……marilah kita berseruIndonesia bersatu…..
Hiduplah tanahku….
Hiduplah negriku….
Bangsaku….
Rakyatku….
Semuanya…..
Bangunlah jiwanya……
Bangunlah badannya…….
Untuk Indonesia Raya……..”
Sebagai anak negeri ini, pasti kita sangat
merindukan Indonesia yang dulu, dimana segenap komponen bangsa ini sama-sama
berjuang dengan darah, air mata, material berbekal semangat pantang menyerah dan
semangat patriotisme dan dilandasi rasa nasionalisme dengan tidak mengenal
suku, agama dan ras, serta doa yang dipanjatkan untuk mohon ridho-Nya merebut
sebuah kemerdekaan yang bebas dari fasilitas persenjataan yang
minim. Namun mengapa sekarang kita tidak bisa berbuat seperti itu lagi ?
Bila mendengar yel-yel “Indonesia….Indonesia….Indonesia” di setiap pertandingan olahraga
internasional, sadar atau tidak sadar nurani kita akan tersentuh dan seperti
ada semangat baru yang memotivasi kita untuk bangun menyatukan langkah dan
berjalan bersama merebut kemerdekaan yang kedua yaitu lepas dari belenggu
kemiskinan untuk tampil menjadi bangsa yang sejahtera adil dan makmur sesuai
yang dicita-citakan para pendiri negeri ini. Multi krisis yang mendera pada saat ini bukanlah menjadikan kita menjadi bangsa yang pesimis namun seharusnya menjadi cambuk yang melecut semangat kita untuk tetap optimis dan siap tampil dipanggung dunia sebagai bangsa yang besar dan bermartabat. Mari lepaskan semua atribut yang menghambat kemajuan dan tunjukkan bahwa sejak dahulu kala kita adalah bangsa yang besar dan terkenal dalam sejarah yang mampu berdiri tegak menatap masa depan bangsa yang lebih cerah. Menjadi utang segenap anak negeri untuk melanjutkan perjuangan dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Ya, untuk satu Indonesia Raya !!!
Marvell Christian Siregar™
Jumat, 16 Maret 2012
Perjalananku | Bambu atau Beringin ?
Beberapa hari yang lalu, penulis bertemu seorang teman dan pada satu kesempatan dia mengatakan "pohon makin tinggi, makin kencang angin meniupnya". Benar dan imajiku tergelitik memaknai kalimat tersebut. Yup.... dan pilihanku jatuh pada 2 jenis pohon yang ada dalam pikiranku yaitu beringin (ini tidak ada kaitannya dengan kampanye lho !) dan bambu. Kedua pohon ini selalu dilarang untuk digambar dalam psikotes. Mengapa ?
Penulis beranggapan bahwa beringin (Moraceae fam) adalah tanaman yang rindang, dengan batang yang kokoh dan kekar serta akar yang menancap dalam kegelapan tanah dan terkesan angker dan terkadang orang memujanya karena diyakini suci dan dapat melindungi.
Bambu (Bambusoideae fam.), tanaman dengan akar serabut, memiliki batang yang beruas-ruas dan hidup membentuk rumpunan dan tumbuh subur disekitar sumber kehidupan seperti sungai, danau dan lain sebagainya. Menikmati suasana sejuk dibawah rumpun bambu dan mendengarkan alunan irama alam dari angin yang menerpa dedaunannya dan bunyi batang-batang bambu yang berderak-derak mengikuti angin berhembus, serta suara air yang mengalir. Tanaman ini sangat bermanfaat dan memiliki sisi ekonomis bagi kehidupan manusia.
"Hai bambu, apakah kau siap menerima ujian dariku ?", ujar bayu kepada bambu.
Bambu berkata, "Wahai Sang Bayu yang perkasa, tentu dengan seijin-Nya kami siap menerimanya"
Dan anginpun bertiup "...wush...wush...wush !"
Singkat cerita sampai angin bertiup bak puting beliung mencoba mencabut bambu. Bambu mengikuti liukan angin kencang yang menerpa dan terdengar bunyi batang-batang bambu yang beradu "...pletak..ngeot..ngeot..pletak " dan sampai akhirnya Sang Bayu berhenti dan bertanya kepada bambu.
"Hei bambu, mengapa engkau tidak tumbang seperti beringin ? "
"Maaf Sang bayu, karena seijin-Nya walau tubuh kami yang kurus, lurus dan beruas dan semakin mengecil ke pucuknya selalu berusaha mencoba mengikuti gerakan arahmu bertiup, dan kami hidup dalam rumpun yang renggang sehingga membantu kami untuk memecah kekuatan angin, dan juga kami tidak menyalahkan angin yang bertiup", hanya itu saja.
Simple thing, seperti muatan filosofi kesederhanaan bambu dan negeri ini juga sudah membuktikannya pada masa perang kemerdekaan menghadapi penjajah. Pejuang dengan bambu runcing mampu menghadapi persenjataan yang lebih modern, namun dengan semangat kebersamaan seperti rumpun bambu dapat membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin bagi-Nya.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk membandingkan karya-Nya karena semua karya-Nya baik adanya, namun bagi kita selalu akan ada kelebihan dan kekurangan yang harus dibenahi. Penulis pada saat ini sedang melihat dari satu sisi saja.
Tidaklah elok untuk selalu bersikap positive thinking, karena negatif juga diperlukan sebagai parameter. Cahaya yang yang menerangi manusia tercipta karena positif dan negatif. Bagaimana kita menilai diri kita sudah positif ?
"Kesederhanaan adalah kualitas diri yang terpancar dalam sikap & perilaku dan bukan ungkapan diri"
Marvell Christian Siregar™
Rabu, 07 Maret 2012
Marvell’s Short Story Today | 24052011
Dalam
perjalananku hari ini, aku mendengar percakapan 2 anak lelaki sekitar 5-6 tahun
usianya. Sang adik merengek sambil menangis meminta dibelikan biskuit coklat
yang sedang dimakan anak lain. Karena abangnya kesal lalu berkata dengan logat
yang kental "..zangan nangis kau, marah nanti
pesawat sama kau..."
Sang adik lalu
terdiam ;-)
nomaden experience | Marvell Christian
Siregar™
Perjalananku | Angan-Angan di Ubun-Ubun
Dalam perjalananku pada satu kesempatan aku berhenti sejenak di sebuah kedai kopi demi menikmati secangkir kopi panas. Sambil menunggu kopi dibuatkan oleh pemilik warung, aku mendengarkan percakapan dari orang-orang yang juga turut minum kopi. Mereka membicarakan tentang betapa makin sulitnya kehidupan di negeri ini. Harga BBM yang akan naik, korupsi yang merajalela, hukum yang aneh, masalah pilkada sampai masalah impor beras dan pembatasan konsumsi beras. Aku menikmati dan mendengar percakapan tersebut dengan seksama.
”Dek, ini kopinya”, ujar pemilik warung.
”Makasih pak...”, sahutku kembali
Lalu aku mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celanaku dan memasang api untuk menyalakan batang rokokku, dan kemudian menghisapnya perlahan dan membuang asapnya seperti seekor naga yang mengeluarkan api dari mulutnya.
Terbit angan-angan dibenakku mencoba mencari jawaban dari kegundahan anak negeri ini. Bola lampu menyala pertama seakan-akan timbul diubun-ubunku. BBM, yah itu dia ! Dulu bangsa ini termasuk negara pengekspor minyak, karena negara ini juga kaya dengan hasil bumi fosil itu. Namun ironis dengan kondisi sekarang yang menjadi pengimpor minyak dikarenakan belum maksimalnya pengelolaan di negeri kaya ini dan semakin meningkatnya konsumsi pemakaian bahan bakar seiring pertumbuhan kenderaan yang sangat pesat berakibat semakin besarnya subsidi yang ditanggung pemerintah. Aku juga awam apakah semakin banyak mobil berseliweran dan roda dua merupakan indikator kemakmuran suatu negara ? Mungkin ada baiknya di negeri ini perlu pembatasan jumlah kenderaan, selain subsidi dapat ditekan juga dapat mengurangi kemacetan karena ruas jalan tidak bertambah dan mengurangi polusi juga.
Aku menyeruput kopiku dan betapa nikmatnya saat aroma kopi menyentuh hidungku.
Bola lampu kedua kembali menyala, Pilkada adalah inspirasiku berikutnya. Di negeri ini orang berebut untuk menjabat posisi terhormat walau kadang ditempuh dengan cara yang yang tidak hormat. Sering kita mendengar ada pejabat yang baru menjabat sudah tersandung kasus korupsi.......Biang yang satu ini juga turut andil menyengsarakan kehidupan di negeri ini. Uang adalah akar kejahatan, tepat sekali ! Saat benih ketamakan dan kerakusan bersemayam orang berusaha mengambil shortcut. Nilai-nilai reliji yang ditanamkan sejak kecil bagai jejak kaki di tepi pantai saat ombak menghapus jejak itu. Saat masa umbar janji, semua demi masyarakat ! Bermilyar-milyar dana habis digelontorkan demi ambisi.
Rokok kembali kuisap dan membasahi bibirku dengan kopi.
Aku berpikir, mengapa para kandidat pemilihan tidak berpikir andai pada masa kampanye mereka bersatu untuk bersama-sama mendirikan atau memperbaiki gedung-gedung sekolah dari dana kampanye mereka yang bernilai wah itu sehingga akan lebih banyak lagi anak negeri ini yang dapat bersekolah. Sehingga disatu sisi sudah ada dampak yang mereka perbuat yang menyentuh langsung kehidupan. Bandingkan saja apabila masa kampanye berapa banyak kertas-kertas cetakan yang terbuang-buang begitu saja yang artinya juga berapa banyak pohon yang ditebang. Belum lagi menempeli kertas di setiap tempat seperti halte, rumah-rumah, sarana umum yang mengganggu nilai estetika dan juga berapa biaya membersihkannya? Belum lagi pepohonan yang menjerit karena tubuhnya dipaku dengan beraneka slogan-slogan kampanye !
Aku berhenti berangan-angan sejenak sambil melihat keadaan di warung tersebut. Orang semakin ramai dan pembicaraan semakin hangat. Dan aku juga tidak mau kalah mengambil gorpis yang masih hangat dan memasukkannya ke mulut.....
Butiran beras masuk dalam bola lampuku yang ketiga. Negeri ini pernah swasembada beras bahkan pernah mengekspor beras juga. Sehingga dimasa itu orang yang makanan pokoknya bukan beras diajak untuk mengkonversi pola makannya dengan beras. Lahan persawahan yang luas, intensifikasi pertanian, penelitian benih yang bekerja ekstra keras. Namun nasibnya sekarang sama dengan BBM. Lahan persawahan dikonversi menjadi bangunan-bangunan perumahan, kelapa sawit. Para sarjana-sarjana pertanian negeri ini lebih memilih berkarir di kantor daripada harus berpeluh diterpa sinar mentari. Para petani kehilangan lahan garapan akhirnya hijrah ke kota mencari hidup dan nasib sebagai petani tidak menjanjikan. Kita semakin terseret pusaran dan tidak sadar sampai akhirnya suatu ketika kita terhenyak karena tidak melihat beras lagi dilumbung !
Sekarang kita diminta untuk kembali memakan singkong, sagu dan mengurangi mengkonsumsi beras dikarenakan negeri ini salah satu penyumbang penderita penyakit gula terbesar di dunia ! Cukup beralasan, namun apakah tindakan kita melihat pengkonversian lahan sawah dimana-mana menjadi rumah-rumah mewah? Mengapa tidak para petani-petani itu saja yang kita jadikan PNS ? Mengapa para ahli-ahli dan sarjana pertanian tidak lebih diberdayakan. Sejak masih di bangku sekolahan ini guru selalu mengatakan negeri yang agraris namun miris membayangkannya kelak menjadi pengimpor sejati terbesar didunia untuk semua komoditi dan menjadi pengemis di rumah yang mewah.
Negeri ini penuh dengan orang-orang pintar dan sok pintar dari berbagai disiplin ilmu dan beraneka alumni, namun seakan-akan negeri ini berjalan di tempat tanpa pijakan. Kadang ku berfikir apakah semakin banyak orang pintar membuat negeri ini semakin menjauh dari pelabuhan kemakmuran karena keegoisan yang semakin tumbuh menjamur dan merasa paling benar ? Negeri ini tidak perlu banyak orang pintar apalagi sok pintar, tapi negeri ini butuh orang yang cerdik cendekia dan bijaksana serta mau berbuat untuk negeri ini.
Aku menghabiskan kopiku dan membayarnya lalu pergi bergegas berlari-lari kecil karena langit sudah mendung dan sebentar lagi hujan.
“bila kegagalan bagai hujan, dan keberhasilan bagai
matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi”
Dimuat di TABLOID GEMMA – Edisi IV│April
2012
Marvell
Christian Siregar™
Perjalananku | Burung di Hamparan Sawah
Pada
suatu kesempatan ketika dalam perjalanan, pandanganku tertuju pada hamparan
sawah yang menguning. Betapa indahnya melihat hamparan padi yang menguning
disawah bila musim panen telah tiba. Senyum bahagia terpancar dari wajah-wajah
para petani. Tetesan keringat para petani terbayar sudah dengan kerja keras.
Tapi aneh bercampur heran, ada sesuatu yang menyita perhatianku. Aku tidak menemukan orang-orangan sawah dan tali temali yang malang melintang dihamparan sawah tersebut yang dipergunakan untuk mengusir burung yang akan memakan butiran padi. Kujejakkan kaki ke tanah dan menikmati hal yang baru ini dan membuat rasa penasaran.
Belum habis rasa ingin tahuku, kulihat seorang petani paruh baya yang sedang berjalan menuju dangau. Aku menghampirinya dan memulai percakapan.
Damai sekali saat pandangan kuarahkan ke hamparan sawah.
”Silahkan Nak !, hanya teh manis dan singkong rebus saja yang ada !”
Bapak itu tersenyum bijak
Senyum kembali menghias di wajah bapak tersebut dan dia memakan ubi singkong kembali.
Sambil mengunyah, dia berkata ”Nak, berapa banyak seekor burung memakan padi ?”
Aku semakin penasaran dan dia menangkap rasa penasaranku tersebut.
Tapi aneh bercampur heran, ada sesuatu yang menyita perhatianku. Aku tidak menemukan orang-orangan sawah dan tali temali yang malang melintang dihamparan sawah tersebut yang dipergunakan untuk mengusir burung yang akan memakan butiran padi. Kujejakkan kaki ke tanah dan menikmati hal yang baru ini dan membuat rasa penasaran.
Belum habis rasa ingin tahuku, kulihat seorang petani paruh baya yang sedang berjalan menuju dangau. Aku menghampirinya dan memulai percakapan.
”Selamat
siang, Pak !” dan beliau membalas sapaanku ”Selamat siang juga Nak !”
”Maaf ya
Nak, saya mau cuci tangan dulu sebentar dan kita ngobrolnya di dangau saja
sambil istirahat biar enak” ujarnya lebih lanjut sambil bergegas ke parit kecil
ditepian pematang.
”Baik
Pak”
Aku juga
ikut cuci tangan di parit sawah yang dialiri air yang sejuk dan bersih bersama
bapak itu. Setelah itu kami bergegas dan menaiki tangga dangau, dan Bapak
tersebut menuangkan teh manis ke dalam gelas dan singkong rebus. Damai sekali saat pandangan kuarahkan ke hamparan sawah.
”Silahkan Nak !, hanya teh manis dan singkong rebus saja yang ada !”
Kami lalu
menyeruput teh manis dan masing-masing mengambil singkong. ”Enak tenan......”, ucapku.
Lalu aku
memulai percakapan ”Sedari tadi saya pandangi hamparan sawah milik bapak ada
sesuatu yang mengganjal dihati pak”Bapak itu tersenyum bijak
”Benar
lho pak !!!”
”Biasanya
bila padi mulai menguning, para petani pasti akan disibukkan dengan membuat
orang-orangan sawah dan membuat tali-temali yang melintang diatas petak-petak
sawah yang dipergunakan untuk mengusir burung-burung yang hendak memakan padi,
tapi ini sama sekali tidak ada...Bukankah burung musuh para petani ketika musim
panen ?”Senyum kembali menghias di wajah bapak tersebut dan dia memakan ubi singkong kembali.
Sambil mengunyah, dia berkata ”Nak, berapa banyak seekor burung memakan padi ?”
”Apakah
mereka membawa kantongan sebagai bekal mereka ?”
”Burung
pipit hanya makan seadanya untuk keperluan hidup mereka dan mereka tidak perlu
membekali diri mereka dengan kantongan atau lumbung untuk menyimpan makanan.
Mereka bukanlah musuh para petani tapi juga makhluk Tuhan yang perlu hidup dan
sudah sewajarnyalah kita saling berbagi sesama makhluk Tuhan !!! Aku semakin penasaran dan dia menangkap rasa penasaranku tersebut.
Lanjutnya
dia mengatakan ”.......tanah yang subur sudah memberi kita tempat untuk
bercocok tanam demi kehidupan kita juga, bagaimana kalau tidak ?”
Aku mengerti sekarang
maksudnya bahwa saling berbagi dengan niat yang tulus dan ikhlas adalah sesuatu
yang indah tanpa perlu menghitung untung rugi.
Versi
editing “Burung pun Ingin Hidup dari
Sawah” pernah dimuat di TobaPulp Digest –
Edisi 4|April 2008|Tahun I
Marvell Christian
Siregar™
Guratan Arang | Sudako
Catatan : Sudako
adalah sebutan untuk moda transportasi
di kota Medan yang pada masanya cukup terkenal sebelum menjamurnya jenis angkot-angkot yang
lain
Marvell Christian Siregar™
Perjalananku | to Live is to Love and to Share
Sebagai
pemirsa kita hanyut dalam perasaan kemanusiaan yang mulai tenggelam, namun
dengan acara ini seakan perasaan tersebut dibangkitkan kembali dari dasar hati.
Betapa
tergetar hati dan bergidik saat menyaksikan tayangan tersebut dimana masih ada
tangan-tangan kecil yang dengan rela dan tulus ikhlas mau membantu sesama yang
mengalami nasib kurang beruntung walau terkadang yang membantu juga serba
kekurangan ! Dan kita lebih terharu melihat orang yang ketiban rejeki kaget
tersebut justru membagi-bagikan rejeki yang diperolehnya kepada sesama yang
senasib dengannya !!!
Dan betapa
kesal kita bahkan mengumpat melihat orang yang tidak mau mengulurkan tangannya
sama sekali................!!!
Pelajaran
apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut ?
Banyak sisi
positif yang dapat diambil, diantaranya membuat rasa kemanusiaan kita kembali
tergetar & tersentuh untuk lebih saling mengasihi dan membantu sesama
manusia tanpa memandang siapa dan asal-usulnya.
Yang menjadi pertanyaan mungkin bagi kita adalah mengapa di saat-saat keadaan negeri ini acara tersebut berlomba-lomba ditayangkan di hampir semua televisi ? Gejala apa ini ? Apakah telah ada pergeseran nilai saling membantu diantara sesama manusia di negeri ini sehingga perlu diingatkan kembali betapa indahnya kasih diantara sesama manusia ?
Terlepas
dari itu semua, kita memang sedang mengalami “krisis kasih”. Memang tidak bisa disalahkan penyebab keadaan ini.
Kita lebih mementingkan diri kita untuk menjadi seorang yang egosentris dan
juga kita menjadi antipati melihat orang yang kurang beruntung seperti pengemis
di pinggir jalan yang telah menjadikan pekerjaannya tersebut sebagai objek
bisnis. Kita perlu membenahi kembali dan menghidupkan perasaan yang paling hakiki
dan dimiliki semua umat manusia yang ada di bumi ini untuk kembali bergandengan
tangan, saling membantu dan mau dengan rela serta tulus ikhlas mengulurkan
tangannya membantu sesama. Kita harus ingat bahwa kita adalah makhluk Tuhan
yang sekaligus makhluk sosial yang mempunyai akal dan budi yang membentuk
perasaan kemanusiaan pada diri kita untuk menjadi insan luar biasa yang hidup
untuk mencintai dan melayani sesamanya.
Ditengah-tengah
bencana yang berkecamuk melanda negeri ini ternyata masih banyak orang-orang
dari penjuru bumi ini yang dengan tulus serta rela mengulurkan tangganya
membantu saudara-saudara kita di Aceh dan Nias tanpa memandang asal-usul. Ini
suatu sikap yang perlu kita bangkitkan kembali !
Roda
kehidupan selalu berputar, ada saatnya kita membantu orang lain dan ada saatnya
kita juga akan menerima bantuan dari orang lain, dan ingatlah bahwa masih
banyak orang diluar sana
yang masih membutuhkan uluran
kasih dari kita.
Pernah dimuat di warta Toba Pulp Lestari – No.04/II/2005|April 2005
Marvell Christian Siregar™
Perjalananku | Setungkul Benang
Aha...!!!
Aku mendapatkan sebuah rahasia dari pengalaman kecil ini. Selama ini tidak
pernah terpikirkan olehku bahwa setungkul benang yang ada dalam genggaman
tanganku ternyata merupakan illustrasi kecil dari perjalanan hidup yang aku
lalui.
Disaat
aku meraih ujung benang itu, maka itulah awal kehidupanku dimulai. Rangkaian
benang yang tersusun rapi itu lepas satu demi satu seiring waktu perjalanan
hidup yang aku lalui di bumi ini. Apabila benang yang lepas itu tidak diraih
oleh jemari tangan yang lain, maka benang yang lepas tersebut akan menjadi
kusut. Aku paham bahwa dalam kehidupan ini ada yang menjaga dan mengawasi serta
menuntun dalam setiap langkahku.
Sambil
berpangku sebelah tangan sambil pandangi benang itu, otakku berfikir bahwa
seutas benang akan sangat berguna bila ada jarum yang akan dipergunakan untuk
menjahit sesuatu. Aku bayangkan bagaimana seorang penjahit pemula maupun ahli
di bidang jahit menjahit yang memiliki banyak jarum namun tidak memiliki seutas
benangpun................!!!
Selagi
aku mengulur dan terus mengulur, akhirnya benang tersebut berakhir dan dia pun
terlepas dari tungkulnya.
“Terima kasih buat setungkul benang yang memberi ilham buat tulisan ini”
Pernah dimuat di warta Toba Pulp
Lestari –
No.11/III/2006|Nopember 2006
Marvell Christian Siregar™
Marvell Christian Siregar™
Perjalananku | Manajemen Sederhana Memancing
Memancing
adalah salah satu bentuk kegiatan rekreasi yang “having fun” dan juga kita dapat belajar banyak tentang kesabaran
dan keuletan dari kegiatan tersebut. Ada
pendapat bahwa itu hanyalah membuang-buang waktu, namun jangan salah bahwa
sekali lagi penulis sampaikan bahwa dari aktifitas tersebut sadar atau tidak
sadar kita diuji tentang manajemen sederhana dimulai dari menentukan sasaran,
pencarian lokasi, persiapan perlengkapan, dan lain sebagainya. Kemudian memilih
strategi yang tepat untuk mencapai hasil yang maksimal, seperti memilih umpan
yang tepat, cara melempar pancing, dan lain sebagainya. Sedang menunggu umpan
dimakan ikan adalah suatu proses apakah kegiatan yang kita lakukan sebelumnya
sudah benar atau belum, dan....bila keberuntungan berada dipihak kita maka
kemungkinan besar ikan singgah di mata kail.
Pernah dimuat di warta Toba Pulp Lestari – No.11/III/2006|Nopember 2006
Marvell Christian Siregar™
Langganan:
Postingan (Atom)
-
"Only One Woman" Ten little indians Standing around I bet there are many So how would I know As she was only one woman - ...